Mungkin kalau kamu membaca judul KlikGame Offlane hari ini bertanya, apa sih hubungan ketiganya? Masak iya ketiganya nyambung. Well, sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kami jelaskan satu persatu apa ketiga hal di atas dan apa hubungannya dengan dunia game serta teknologi terbaru dari Logitech.
Fritz-X Sang Bom Pintar
Fritz-X adalah bom pintar yang dipakai Jerman pada perang dunia kedua. Bom ini dianggap pintar di jamannya, karena walaupun masih menganut sistem free fall alias dijatuhkan begitu saja, Fritz-X bisa dikendalikan. Sistem pengendalian Fritz-X menggunakan perangkat gelombang radio bernama Kehl-Strasbourg radio control link.
Keberadaan Fritz-X menjadi momok tersendiri bagi kapal-kapal sekutu sebelum akhirnya ditemukan cara untuk mengatasinya. Satu-satunya cara mengalahkan Fritz-X kala itu adalah dengan mengacaukan gelombang radio yang digunakan oleh Jerman. Karena gelombang radio dijamming, Fritz-X kerap jatuh di laut dan tidak meledak.
Penggunaan gelombang radio sebagai kendali jarak jauh di Fritz-X dianggap sebagai lompatan besar dan sampai detik ini nama Fritz-X yang merupakan ciptaan Max Kramer masih disebut-sebut sebagai kreasi yang melewati jamannya.
Nah sampai di sini mulai terbayang apa hubungan ketiganya? Kalau belum, ayo kita lompat ke bagian berikutnya, yaitu motion controller.
Motion Sensing
Kalau kita berbicara mengenai motion sensing pasti kebanyakan orang berpikiran kalau Wii Nunchuk adalah teknologi motion sensing pertama. Sebenarnya ini sangat salah kaprah, sebab teknologi motion sensing pertama justru ada di dekat kamu saat ini. Masih bingung? Silakan tengok ke tangan kananmu. Sedang memegang apa kamu saat ini? Mouse! Mouse adalah teknologi motion sensing pertama yang dikenal oleh manusia modern.
Ide penggunaan mouse diutarakan pertama kali pada tahun 1961 oleh Dr. Douglas C. Engelbart, Stanford Research Institute. Dr. Douglas menjelaskan kalau pointer (mouse) yang menjadi idenya akan memungkinkan pengguna untuk berinteraksi langsung dengan data-data yang ada di layar CRT. Monitornya masih CRT lho jo. Jadi jangankan LED gaming dengan refresh rate 244Hz, mouse saja belum terbayang bentuknya seperti apa.
Tiga tahun kemudian Bill English, chief engineer dari Engelbart’s Augmentation Research Center (ARC) membuat purwarupa mouse pertama. Saat itu mouse ini adalah sebongkah kotak kayu dengan roda dan satu tombol merah di atasnya. Dari bentuk tersebut, orang-orang mulai memanggil sang pointer sebagai “mouse” atau tetikus dalam bahasa Indonesia. Sejak saat itu kita mengenal istilah mouse dan mouse menjadi istilah global untuk merujuk sang “pointer”.
Kalau ada yang bertanya mengapa mouse itu adalah motion sensing, jawabannya gampang saja, sebab mouse digunakan untuk mentranslasikan gerakan tangan orang yang menggunakannya, sehingga bisa disebut sebagai motion sensing.
Keberadaan mouse sebagai sarana interaksi dengan komputer menjadi sebuah lompatan penting yang tidak terbayangkan sebelumnya. Mirip-mirip dengan keberadaan bom pintar Fritz-X, motion sensing mengenal juga teknologi cordless atau wireless.
Lalu apa hubungannya dengan Logitech? Weits, Logitech itu adalah perusahaan yang sudah berkecimpung dengan dunia tetikus atau mouse dari jaman kuda gigit besi atau jamannya penulis masih di awang-awang alias belum lahir.
Sekarang kita bahas, apa sih hubungan ketiganya.
Logitech Sang Pembuat Tetikus
Sebelum membahas hubungan ketiganya, kami ingin bercerita dulu tentang masa-lalu Logitech. Perusahaan asal Swiss ini didirikan di tahun 1981, lebih tepatnya pada 2 Oktober 1981. Pada awalnya perusahaan ini adalah sebuah biro konsultasi yang didirikan oleh Pierluigi Zappacosta, Daniel Borel dan Giacomo Marini. Kenapa mereka memberi nama perusahaan ini Logitech, kami tidak tahu alasannya, mungkin kamu harus naik mesin waktu dan bertanya langsung kepada mereka.
Pada tahun 1982 Logitech membuat mouse bernama P4. Mouse ini memanfaatkan optical encoder yang terhubung dengan roller dan tracking ball. Hasilnya mouse P4 menawarkan akurasi yang di atas rata-rata mouse jaman itu.
Dua tahun kemudian saat penulis lahir (enggak ada yang nanya kayaknya), Logitech menelurkan produk cordless atau wireless mereka. Produk ini bernama Logitech Metaphor. Kemampuan wireless didapatkan dari penggunaan infrared (IR) dan empat buat baterai NiCad. Karena menggunakan IR maka untuk menggunakan Metaphor kamu harus mengarahkan mouse ini ke IR receiver. Kalau kamu bingung seperti apa proses ini berjalan, kamu bisa membayangkan saat kamu berusaha memindahkan lagu yang baru saja kamu unduh di PC ke HP jadulmu menggunakan IR. Nah, kurang lebih seperti itu proses penggunaan Metaphor.
Metaphor masih jauh dari kata sempurna dan memiliki data transmisi yang jauh lebih rendah ketimbang mouse dengan kabel.
Pada tahun 1990, Logitech kembali mengeluarkan evolusi pada mouse wireless. Mereka mengganti IR yang tidak responsif dengan RF (radio frequency). Mouse ini menggunakan gelombang radio 27 MHz dan memecahkan berbagai masalah yang sebelumnya menjadi hambatan IR. Salah satunya adalah keharusan untuk mengarahkan mouse IR ke receiver atau penerima gelombang.
Teknologi RF ini kembali digunakan dalam lini produk Logitech MouseMan yang hadir di tahun 1991. Sayangnya RF yang digunakan belum 27 MHz, baru kemudian di tahun 1994 MouseMan mengadopsi frekuensi tersebut. Dua tahun kemudian Logitech kembali merilis MouseMan, tapi alih-alih ke platform Windows, Logitech memilih Mac sebagai salah satu targetnya.
Pada tahun 2002, Logitech merilis MX700 yang merupakan mouse high-end pertama dengan teknologi Fast RF technology. Teknologi ini menyebabkan MX700 bisa berlari dengan kecepatan 125 reports per second, yang artinya sama dengan mouse berbasiskan kabel.
Dua tahun kemudian, Logitech mengenalkan teknologi laser sebagai sensor utama, menggantikan LED yang selama ini tidak berfungsi pada permukaan yang memantul atau transparan. Teknologi laser ini disematkan pada MX1000 yang merupakan mouse high-end wireless dengan global score lumayan tinggi. Di Engadget mouse ini menerima skor 91.
Evolusi teknologi wireless terus berlanjut hingga Logitech menggunakan 2,4 GHz yang jauh leih kencang 300 kali lipat ketimbang 27 MHz dan meminimalisir gangguan.
Sampai di sini kami pikir Logitech sudah mencapai peak performancenya untuk urusan wireless, ternyata dugaan kami salah besar. Di penghujung tahun 2017 ini, Logitech memperkenalkan beberapa teknologi baru untuk urusan wireless gaming sehingga produk-produk buatannya tidak gagap ketika diajak ngegame. Seperti apa teknologinya? Yuk kita simak di bawah ini.
Baca Juga: Sejarah Logitech
Logitech G613, G603 dan G903
Logitech akhirnya membuang sensor PWM 3366 yang mereka gunakan di tahun 2014, sebagai gantinya mereka mengembangkan sensor baru yang bernama HERO (High Efficiency Rating Optical).
Seperti yang mungkin kamu bisa tebak, HERO dimaksudkan untuk memaksimalkan masa pakai baterai pada mouse wirless tanpa mengurangi performanya. Kami belum mengujinya secara langsung, tapi Logitech mengklaim bahwa kamu akan melihat kinerja yang sama dengan PWM 3366 yang sangat dicintai, namun dengan efisiensi yang jauh lebih besar. Kira-kira sebesar 500 jam (sekitar enam bulan untuk kebanyakan orang) bermain game intensif hanya dengan dua buah baterai AA.
Bila sedang tidak digunakan untuk ngegame mouse ini memiliki mode hemat daya yang bisa membuat usia pakai baterai melonjak menjadi satu setengah tahun.
Selain penggantian sensor, Logitech juga menerapkan tekonologi Lightspeed Wireless. Melalui teknik dan desain end-to-end, Logitech mengembangkan solusi nirkabel yang tangguh untuk memecahkan masalah mendasar dari latency, stabilitas, dan konektivitas. Hasil akhirnya dinamai Lightspeed yang merupakan solusi nirkabel pro-grade.
Prinsip kerja dari Lightspeed Wireless adalah memastikan bahwa setiap komponen memproses data lebih cepat dari sebelumnya, sehingga koneksi menjadi kuat di setiap tingkatannya dengan konsumsi daya yang sedikit.
Pencapaian Lightspeed diperoleh dari setiap jalur sirkuit ke setiap tikungan geometri antena, dari perangkat keras ke firmware yang dibuat. Logitech mensimulasikan Lightspeed Wireless di lingkungan game yang paling sulit dan jenuh data. Hasilnya teknologi Lightspeed Wireless mampu menghadirkan performa berkecepatan tinggi yang tidak bisa ditandingi teknologi wireless lainnya.
Untuk G613, sebagai keyboard mekanik wireless, perangkat ini sudah menggunakan teknologi HERO sehingga dua buah baterai AA sanggup menjaga keyboard ini untuk tetap menyala selama 18 bulan. Tidak lupa juga teknologi Lightspeed yang akan menjaga kekuatan sambungan antara G613 dengan PC yang digunakan. Hasilnya keyboard mekanik ini memiliki performa di atas rata-rata keyboard wireless lainnya.
Pada Logitech G613 dan G903, walaupun keduanya beda kelas tetapi teknologi HERO dan Lightspeed Wireless sudah tersemat pada keduanya. Logitech G903 memiliki desain yang ringan dan ambidextrous sehingga bisa digunakan tangan kiri maupun tangan kanan, sementara itu G613 hadir dengan bentuk yang lebih core dan simple.
Waduh, ternyata sampai di sini kami malah belum menyebutkan apa hubungan antara Fritz-X, Motion Sensing dan Logitech. Hubungan ketiganya sebenarnya cukup jelas, kehadiran ketiga nama atau teknologi tersebut membawa sebuah evolusi dan revolusi di bidangnya masing-masing. Ketiga-tiganya menggunakan teknologi wireless dan cordless sebagai salah satu basis pengembangan dan khusus untuk Logitech, perusahaan ini akan membuat perubahaan besar pada kebiasaan atau habit gamer maupun pro player di masa depan.
Sekarang yang jadi masalah adalah, apakah kamu sudah siap dengan dunia masa depan yang nirkabel atau nirribet ini. Kalau kami sih, sudah!
from Klik Game http://ift.tt/2onqZel
via IFTTT
0 komentar:
Posting Komentar