Rabu, 21 Juni 2017

Review Transformers: The Last Knight

Setelah sebelumnya mengeluarkan footage sepanjang 15 menit, akhirnya Transformers: The Last Knight benar-benar hadir di tengah-tengah kita. Film ini dibuka sebagai babak lanjutan film sebelumnya. Optimus Prime meninggalkan bumi demi mencari penciptanya yang kerap mengirimkan berbagai utusannya ke Bumi.

Langkah meninggalkan Bumi ini ternyata berakibat fatal, sebab para Transformers malah menjadi liar sehingga memaksa para manusia untuk membuat unit TRF (Transformers Reaction Force) dengan tujuan untuk menghabisi setiap Transformers yang tersisa.

Transformers: The Last Knight adalah sebuah karya terakhir dari Michael Bay untuk franchise Transformers. Karena kondisi ini, Bay langsung mengeluarkan semua yang dia miliki untuk The Last Knight. Lebih gilanya lagi, Bay juga memperluas mitologi Transformers hingga ke Arthurian.

Perluasan ini memberikan efek pedang bermata dua bagi Transformers. Di satu sisi kita akan mendapatkan dunia Transformers yang lebih kompleks, di sisi lainnya dunia Transformers jadi memiliki banyak plothole dengan berbagai distorsi yang sepertinya tidak bisa diobati lagi oleh Bay sekalipun.

Kami tidak akan membicarakan apa saja plotholenya, karena akan ada banyak spoiler besar di sana-sini. Sebagai gantinya, kami akan menceritakan bagaimana Transformers: The Last Knight dan berbagai eksekusi yang dilakukan oleh Bay.

Transformers: The Last Knight memiliki cerita yang bergulir layaknya bola liar tak terkendali. Bay seperti menabrak semua elemen dan latar belakang cerita Transformers hingga berkeping-keping, kemudian beliau gabungkan semuanya dengan sebuah karet gelang. Hasilnya, proses penggabungan tersebut tidak berjalan dengan rapi dan ada banyak plot yang terpental keluar atau hancur bekeping-keping

Sepertinya Bay punya masalah serius dalam menjalankan setiap plot dalam film buatannya. Karena sebenarnya hal ini bukan kali pertamanya Bay menyuguhkan sebuah film dengan plot yang tahu-tahu menghilang atau tidak berfungsi di tengah-tengah cerita. Sebenarnya Transformers: The Last Knight memiliki potensi untuk berhasil bila Bay tetap menjadikan “kesatria terakhir” sebagai tema utama dan membuatnya sebagai sesuatu yang sangat penting melebihi garis keturunan Witwicky.

Bila kami membicarakan unsur hiburan, Transformers: The Last Knight memiliki segalanya. Mulai dari para robot raksasa, legenda dan cerita baru dan tentunya ledakan di sana-sini. Satu-satunya hal yang mengganjal kami di bagian ini adalah, mengapa Mark Whalberg sering sekali beradegan jumpalitan atau terpeleset. Kalau dihitung-hitung, hampir setiap 10 menit sekali kami melihat sang aktor sedang tergelincir karena air atau pasir.

Di luar kendala cerita yang memang menjadi kelemahan Bay, Transformers: The Last Knight seperti memberikan hawa baru bagi franchise ini. Akan ada banyak perubahan penting yang bakal terjadi di film selanjutnya dan Bay seperti sengaja mengunci semua itu di film ini agar sutradara selanjutnya tetap melanjutkan ide miliknya.

Pada intinya, bila Paramount Pictures atau siapapun yang berada dalam posisi sutradara ingin melanjutkan cerita Transformers, mereka harus melanjatkan plot yang sudah dibuat oleh Bay. Bila tidak, mereka harus melakukan reboot masal untuk franchise yang satu ini.

Akhir review, Transformers: The Last Knight bukanlah film yang luar biasa dengan kualitas Oscar atau Screen Actors Guild Award. Sebagai gantinya kami disuguhi dengan ledakan dan berbagai umpatan yang dikeluarkan oleh para robot raksaksa. Memang tidak ada yang “wah” di sini, tapi kami masih mengganjarnya dengan nilai 6/10 karena mitologi Transformers berubah menjadi jauh lebih menarik dan cukup future proof untuk lima tahun ke depan.



from Klik Game http://ift.tt/2trXVkb
via IFTTT

0 komentar:

Posting Komentar