Selasa, 18 Juli 2017

Dunkirk: Karya Terbaik Nolan untuk Urusan Perang Dunia Kedua

Gagasan Christopher Nolan tentang perang dunia II yang akurat secara historis terutama untuk evakuasi yang terjadi di Dunkirk tahun 1940, rasanya kurang menjanjikan. Perang ini bukanlah sebuah momen mitologi yang diagung-agungkan Hollywood, tetapi Nolan tetap menghadirkan sesuatu yang intens melebihi Dark Knight atau Inception, tanpa membuatnya terasa melelahkan 

Dunkirk memperlihatkan sisi Nolan yang paling gesit, lentur, dan sederhana. Sisi ini digabungkan dengan format IMAX 65mm, efek praktis dan aksi nyata demi menciptakan kembali kejadian berskala besar seperti tenggelamnya  kapal perusak PDII dan evakuasi massal yang melibatkan 300.000 orang. Jelas kesederhanaan Dunkirk tidak ada dalam logistik produksinya namun ada dalam ceritanya.

Dalam sisi radikalnya, Dunkirk sama sekali jauh dari naratif, pengenalan karakter, lokasi pertempuran, kamp latihan, kilas balik atau adegan strategi yang melibatkan debat militer. Sebagai gantinya akan langsung dijerumuskan ke tengah-tengah peperangan yang terjadi di Eropa dengan Dunkirk sebagai tempat perlindungan terakhir pasukan Inggris dan Perancis. Satu-satunya yang mengingatkan kita akan adanya tautan cerita di dalamnya adalah sebuah kerangka waktu tumpang tindih yang membedakan antara seminggu, satu hari dan satu jam saja.

Kisah selama seminggu berlangsung di sekitar “The Mole,” nama yang diberikan pada dermaga setinggi 8 kaki di Dunkirk beach, sebuah pantai Perancis tempat pasukan Inggris terjebak, bersama dengan sekutu mereka, karena invasi tentara Jerman. Tanpa tempat berlindung atau pelabuhan yang cocok untuk evakuasi bersekala besar, ratusan ribu tentara di pantai menjadi sasaran terbuka untuk serangan bom. Sebagai komandan Angkatan Laut yang bertanggung jawab (Kenneth Branagh) sangat sadar, kehadiran pasukan Inggris di pantai di Dunkirk, merupakan benteng terakhir melawan invasi Nazi ke daratan Inggris.

Potong ke kerangka waktu kedua adalah “Laut.” Di sisi Inggris, seorang pria paruh baya bernama Mr. Dawson (Mark Rylance) sedang menyiapkan perahu kayu kecilnya, the Moonstone, untuk perjalanan yang terdengar menyenangkan. Bersama dengan anak lelakinya Peter (Tom Glynn-Carney), Dawson telah memutuskan untuk menjawab seruan negaranya untuk armada sipil yang dikerahkan untuk membantu mengangkut tentara yang terjebak di Dunkirk. Pada menit terakhir, teman naif Peter George (Barry Keoghan) memutuskan untuk ikut dalam ekspedisi juga. Tidak lama setelah berlayar, kelompok ini memungut korban selamat dari bangkai kapal yang diledakkan torpedo U-Boat (Cillian Murphy). 

Potongan waktu tiga, “Udara”, berlangsung satu jam di atas pantai dan perairan Selat Inggris. Dua pilot pesawat tempur Royal Air Force, Collins (Jack Lowden) dan Farrier (Tom Hardy), menerbangkan serangkaian serangan strategis demi menghalau pesawat-pesawat Jerman yang memborbardi Dunkirk. Potongan ini sering berpotongan dengan potongan pertama dan kedua, menciptakan sebuah adegan dramatis yang saling bertumpuk.

Nolan memberikan sebuah sentuhan ajaib tapi aneh di Dunkirk. Dalam garapannya, film ini seperti tidak memiliki tokoh utama yang dominan. Sebagai gantinya kita bakal disuguhi beberapa karakter yang sepi nama dan dialog tetapi tetap mampu menceritakan suasana pertempuran yang mengerikan dan muram melalui gerak-gerik mereka.

Sentuhan Hans Zimmer membuat film ini bekerja secara audio. Berkali-kali Zimmer seperti membawa pertempuran langsung ke tengah-tengah bioskop, sambil sekali-sekali menekankan kondisi yang terjadi di dalam adegan melalui nada-nada uniknya. Kami merasakan tekanan luar biasa yang dihadapi Farrier (Tom Hardy), betapa mengerikan misi Dunkirk dan perasaan lega yang mendalam ketika satu persatu mereka berhasil diselamatkan.

Sebagian besar orang yang jalan hidupnya melintasi minggu, hari, dan jam yang ada di Dunkirk adalah orang asing satu sama lain. Satu-satunya tujuan mereka adalah pulang ke rumah. Dengan beberapa pengecualian yang buruk, mereka berjuang menuju bersama-sama saling menjaga satu sama lain agar bisa pulang dengan selamat. Penampilan Rylance sebagai Dawson yang sederhana tapi berani menangkap kepahlawanan dari orang-orang sipil.

Dunkirk diakhiri dengan sebuah surat kabar Winston Churchill yang terkenal dengan pidato di House of Commons setelah evakuasi Dunkirk. “Kami akan berperang di pantai, kita akan berperang di tempat pendaratan, kita akan bertempur di ladang”. Sebuah gambar perang yang lebih tradisional mungkin telah memainkan pidato ini dengan suara Churchill sendiri. Nolan sadar kalau orasi yang sekarang akrab di telinga ini akan memiliki makna yang berbeda saat diucapkan oleh seorang prajurit yang dengan sangat sadar, bahwa “mereka” akan dikirim kembali ke garis depan.



from Klik Game http://ift.tt/2uw4lCl
via IFTTT

0 komentar:

Posting Komentar