Kamis, 04 Januari 2018

Insidious: The Last Key, Sekuel Rasa Prekuel

Insidious buah penulis Leigh Whannell telah mencapai nomor empat. Ketimbang menggunakan kalimat Chapter sebagai penanda cerita, Leigh lebih memilih menyematkan sub judul The Last Key. Sebenarnya ada apa sih di film ini? Kenapa kami menyebutnya sebagai sekuel rasa prekuel.

Insidious: The Last key memulai kisahnya dengan masa lalu Elise Rainer (Lin Shaye). Seperti yang kita ketahui, dia adalah cenayang terkuat di trilogi film ini. Elise yang memiliki kekuatan cenayang, terkadang melihat para arwah yang berada di rumahnya. Sayang, perliaku unik ini tidak disukai ayahnya.

Suatu ketika sang ayah (Josh Stewart) melihat Elise berbicara dengan sesosok wanita di dalam kamarnya. Karena perliku tersebut, Elise dikurung di gudang bawah tanah yang penuh dengan perabotan tua. 

Dalam ketakutannya yang makin menjadi-jadi, Elise malah ditemui langsung oleh sesosok iblis yang meminta Elise membebaskan dirinya. Dalam kondisi trance, Elise mematuhi perintah tersebut. Elise memasukkan kunci terakhir dan membebaskan sang iblis ke dunia fana. Audrey (Tessa Ferrer), sang ibu yang tahu kelebihan anaknya, memutuskan untuk memasuki gudang bawah tanah tersebut. Sayang hal ini malah menyebabkan Audrey kehilangan nyawanya.

Saat remaja, Elise kembali melihat sesosok gadis muda di ruangan cuci pakaian. Sang ayah kembali marah dan menghukum Elise. Karena tidak tahan dengan hukuman ayahnya, Elise akhirnya kabur dari rumah. 

Sampai di sini cerita dilanjutkan pada sosok Elise tua yang terbangun dari mimpi buruk masa kanak-kanaknya. Setelah terbangun Elise mendapatkan telepon minta tolong yang beralamatkan di rumah tua yang dulu ditinggalinya ketika kecil. Merasa memiliki tanggung jawab terhadap mahluk yang dulu dia lepaskan, Elise menjawab panggilan tersebut dan bergegas ke The Key, New Mexico.

Sebagai sekuel dari Insidious pertama, Insidious: The Last Key mengajak kita untuk menyelami sosok Elise yang merupakan cenayang terkuat di franchise ini. Ada banyak plot hole dan momen-momen yang tidak logis di dalam film ini, tetapi semuanya dilakukan demi mendorong cerita agar bergulir.

Insidious: The Last Key berhasil menghadirkan momen-momen menakutkan yang tidak pandang bulu untuk urusan pace dan shiftnya. Kamu tidak akan menemukan jump scare tanpa unsettling moment. Jadi tidak ada aba-aba yang menandai di mana letaknya jump scare, yang ada hanya permainan suara yang mengesankan dan pengambilan sudut pandang yang cukup cerdas.

Akting matang Lin Shaye memang luar biasa, rasanya kami tidak bisa memalingkan muka dari sosok Elise yang digambarkan sangat bijaksana. Sayang, kecemerlangan Lin Shaye dirusak dengan hadirnya berbagai karakter yang pop-in dan pop-out begitu saja.

Selain bermasalah di penokohan, Insidious: The Last Key juga memiliki masalah di “musuh utama” yang terlalu komikal. Sosok Key Face memang menakutkan, tetapi cara dia “menghilang” dan alasannya terasa sangat lemah dan enggak banget. Kalau boleh bicara jujur tanpa spoiler terlalu parah, kami seperti melihat sosok Paladin bersenjatakan lentera di Insidious: The Last Key. Pada intinya, urusan ini masih jadi PR panjang Leigh Whannell dan James Wan.

Insidious: The Last Key, kami ganjar dengan nilai 6/10. Terasa lemah di beberapa sisi, tapi sebenarnya sangat apik dalam urusan pace dan shiftnya. Sebuah film horor yang asyik untuk ditonton di weekend. 



from Klik Game http://ift.tt/2lVq803
via IFTTT

0 komentar:

Posting Komentar