Rabu, 31 Mei 2017

Wonder Woman: Sang Penghancur Kutukan DCEU

Paska trilogi Dark Knight, DC Extended Universe seperti kehilangan taringnya. Man of Steel tidak terlalu “steel,” Batman V Superman hadir lembek dan Suicide Squad seperti “pasukan bunuh diri” sungguhan di box office. Pada intinya Warner Bros cukup meradang saat mengembangkan DCEU. Padahal Warner Bros. tidak memiliki aset taman bermain layaknya Disney atau Universal Studio, sehingga kegagalan film-film tersebut cukup mengguncang sisi finansial Warner Bros.

Tahun ini Warner Bros. kembali mengangkat Wonder Woman sebagai salah satu trinitas penopang DCEU. Patty Jenkins sang sutradara Entourage didudukkan di bangku sutradara bersama-sama dengan Allan Heinberg, Zack Snyder dan Jason Fuchs sebagai orang-orang yang bertanggung jawab terhadap cerita si putri Amazon. Apakah usaha ini berhasil? Well, mari kita simak reviewnya di bawah ini.

Wonder Woman menggunakan pendekatan yang jauh lebih berwarna ketimbang film-film DCEU lainnya. Memang kita masih menyaksikan tone coklat tua dengan berbagai pencahayaan yang kontras di mana-mana. Tetapi selain tone, semuanya dipaparkan dengan ringan dan berwarna. Kita tidak lagi diajak ke dunia Snyder atau Nolan yang muram. Sebagai gantinya kita diajak menyaksikan sosok Princess Diana of Themyscira yang jauh lebih ceria, mudah diterima dan membumi.

Asal muasal Wonder Woman mengalami modifikasi di mana-mana, termasuk untuk urusan pertempuran yang di laluinya. Tapi kita bakal masih menyaksikan sang putri Amazon tumbuh dan berkembang di Themyscira. Sebuah negeri warisan dewa-dewi yang dikuasai para Amazonia, wanita-wanita petarung kelas wahid.

Di atas kertas dunia Wonder Woman bukanlah suatu hal yang orisinil. Kita sudah berkali-kali mendengar kisah Wonder Woman dengan berbagai versi dan perubahan. Tapi film ini memiliki aura yang lebih tenang dan mudah dinikmati.  Kita tidak akan melihat alur membingungkan dan logika fantasi yang tercecer tidak beraturan. Kita tidak akan melihat aksi kosong yang tidak maksimal dan labil. Kita akan melihat Wonder Woman menghantam gedung, mempecundangi para tentara Jerman dan membalikkan tank baja. Semua aksi itu tampil natural, sehingga kita percaya Wonder Woman itu ada dan memang hadir di film itu.

Sementara dari sisi cerita kita tidak akan melihat pergulatan antara ideologi regu pramuka melawan kemanusiaan atau cerita yang berantakan dan melompat-lompat. Wonder Woman adalah seorang petarung, maka kita akan melihat dia bertarung tanpa menahan-nahan kekuatannya atau takut terkena gas Kryptonite. Saya datang, saya tusuk, saya menang, semudah itu Wonder Woman memutuskan nasib manusia lainnya.

Mungkin kalimat-kalimat kami di atas terlihat seperti memuji Wonder Woman berlebihan karena dia berhasil menghadirkan sesuatu yang lebih runut dan menarik. Tetapi sejatinya kekuatan utama film ini justru terletak di sosok Gal Gadot yang berhasil menciptakan interpretasi Wonder Woman yang sangat bagus. Selain itu chemistrynya dengan Chris Pine yang berperan sebagai Steve Trevor, terbilang sangat luar biasa. Mereka berdua saling mengikat seperti laso Hestia.

Secara garis besar, kami sangat puas dengan Wonder Woman dan mengganjarnya dengan nila 9.5/10. Kekurangan 0.5-nya timbul hanya karena bagian akhir film yang terkesan out of context dan dipaksakan. Seandainya saja bagian itu tidak ada, kami pasti akan memberikan nilai sempurna untuk sang putri Themyscira.



from Klik Game http://ift.tt/2rkc7uX
via IFTTT

0 komentar:

Posting Komentar