Senin, 21 Agustus 2017

An Unconvenient Sequel Truth to Power – Fight Like Your World Depends on It!

Di tahun 2006 Al Gore, politisi Amerika yang environmentalist merilis sebuah film yang berjudul An Inconvenient of Truth. Isi film tersebut kurang lebih merupakan pengajaran tentang bahayanya pemanasan global dan efek rumah kaca. Dalam sekuelnya ini, Al Gore kembali lagi membuat peringatan dengan segala data baru dan pencapaiannya selama sepuluh tahun terakhir.

Semua berakhir pada perjanjian Perancis yang pada akhirnya tidak diikuti oleh rezim Trump. Tapi ketimbang menyoroti hasil akhir perjanjian tersebut, Truth to Power lebih menceritakan bagaimana Al Gore melakukan negosiasi keras dengan negara-negara berkembang seperti India yang baru saja mengalami ledakan IT dan startup.

Setelah 150 tahun lamanya Amerika bergantung dengan bahan bakar fosil, di bawah pimpinan Obama Amerika memutuskan untuk ikut dalam konfrensi climate change PBB yang diadakan di Perancis tahun 2015. Konfrensi tersebut bukannya melaju tanpa masalah, banyak negara berkembang yang tidak ikut atau setengah hati dalam mengikutinya.

Salah satu negara yang enggan mengikuti aturan tersebut adalah India yang saat itu masih memanfaatkan sumber energi batu bara yang memang dihargai sangat murah. Dalam argumennya, India menginginkan ruang karbon yang dipakai oleh Amerika selama 150 tahun. Mereka menginginkan sebuah persamaan, sehingga pilihan di luar batu bara dianggap konyol dan tidak manusiawi.

Di sisi lainnya, akses teknologi panel surya dan turbin angin hanya dimiliki negara-negara maju. India juga mengalmi kesulitan untuk mengaplikasikan teknologi tersebut di negaranya, padahal India juga ikut merasakan dampak pemanasan global.

India baru sepakat dengan isi konfrensi climate change setelah Al Gore melibatkan berbagai perusahaan besar yang bergerak di konservatif energi seperti SolarCity yang merupakan anak perusahaan Tesla miliki Elon Musk. Melalui uluran tangan mereka, India mendapatkan akses teknologi yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga matahari.

Sayangnya seperti yang kalian ketahui, di bawah rezim Trump Amerika menarik diri dari konfrensi tersebut yang berujung banyaknya suara latang yang menolak rezim Trump berkuasa lebih lama.

Sebenarnya pemanasan global bukanlah sebuah masalah baru. Sudah dari tahun 80-an, pemanasan global didengung-dengungkan di mana-mana. Efeknya mungkin baru terasa sekali sekarang ini. Wabah penyakit di mana-mana, musim yang tidak teratur dan hujan serta panas tanpa pola pasti.

Indonesia sebagai negara penghasil batu bara ikut memiliki peran dalam pemanasan global. Sekarang ini jauh dari kata terlambat untuk saya, kamu, kita semua peduli dengan kondisi lingkungan kita. Walaupun sejatinya Indonesia masih sangat tertinggal untuk urusan energi yang terbarukan. Tapi terlalu banyak ruang karbon yang harus dikorbankan dan Bumi ini terlalu indah untuk dihancurkan.

Jadi mulai sekarang kamu bisa berjuang dimulai dari diri sendiri. Fight Like Your World Depends on It!



from Klik Game http://ift.tt/2x5WgTf
via IFTTT

0 komentar:

Posting Komentar