Jumat, 17 November 2017

Coco: Karya Terbaik Pixar Setelah Wall-E

“Remember me, though I have to say goodbye. Remember me, don’t let it make you cry. For even if I’m far away I hold you in my heart. I sing a secret song to you each night we are apart.” Itulah potongan lagu yang menjadi tema utama Coco, film Pixar terbaru yang disutradarai oleh Lee Unkrich. Lee sendiri adalah orang yang berada di belakang kesuksesan Finding Nemo dan Monster, Inc.

Kali ini Pixar mengangkat budaya Meksiko dan Dia de Muertos-nya sebagai tema utama cerita Coco. Dikisahkan di sebuah desa Meksiko, tinggal seorang anak bernama Miguel yang senang sekali menyanyi dan bermain musik. Sayang keluarga Miguel menganggap nyanyian dan musik adalah sebuah kutukan.

Miguel memiliki keinginan yang sangat kuat untuk terus bermusik. Terlebih lagi, dia terinspirasi Ernesto de la Crus, penyanyi legendaris asal kotanya yang begitu diidolakan di seluruh dunia. Miguel banyak sekali meniru dan mengutip Ernesto de la Crus, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti festival musik yang diadakan di tengah kota.

Sayang beribu sayang, ternyata keinginan Miguel tercium keluarganya sehingga gitar buatannya dirusak. Untuk tetap mengikuti festival tersebut, Miguel akhirnya nekat mengambil gitar legendaris milik Ernesto de la Crus. Dari sini, kutukan sesungguhnya baru dimulai.

Coco sebenarnya adalah proyek lama Pixar. Film ini sudah diumumkan Pixar sejak tahun 2011, sayang sejak pengumumannya tersebut Coco tidak muncul-muncul. Baru kemudian pada tahun 2016, Lee Unkrich mengumumkan kalau animasi Coco sedang dalam proses pembuatan.

Di film ini, Pixar berusaha mengorek emosi sedih yang berasal dari rasa kehilangan orang-orang yang ada di dekat kita. Tema kematian memang kental di Coco, tetapi dunia kematiannya malah digambarkan dengan bentuk dan warna-warna yang ceria. 

Selama perjalanannya ke dunia kematian, Miguel dipandu dengan seekor anjing bernama Dante yang kemungkinan besar terinspirasi dari Dante Alighieri. Di dunia kematian, Miguel bertemu dengan nenek moyangnya. Dari perjalanan ini Miguel akhirnya mengerti apa itu arti keluarga dan mengapa keluarga sangatlah penting. 

Secara garis besar Coco berhasil menghadirkan feeling dan rasa yang sama dengan Wall-E, hanya saja kali ini obyeknya berubah. Bukan mengenai Bumi lagi, melainkan mengenai orang-orang yang terdekat dengan kita. Alur cerita yang ada di dalamnya mengalami bounce back dari masa lalu, sehingga kita akan dibawa mengarungi nasib sedih yang menimpa keluarga Miguel, yang pada akhirnya membuat keluarga ini menganggap musik adalah sebuah kutukan.

Coco adalah sebuah masterpiece dari Pixar yang bisa disetarakan dengan Wall-E. Rasanya bukan suatu hal yang berlebihan kalau kami mengganjar film ini dengan nilai sempurna 10/10.

 



from Klik Game http://ift.tt/2zcEId2
via IFTTT

0 komentar:

Posting Komentar